Bagaimana jalan fikiran seorang hamba

Perlu diketahui, bahwa yang dimaksud fikiran di sini adalah pikiran tentang agama, dan itupun terbatas pada bidang mu'amalah, yakni yang berkaitan Hamba dengan Tuhan, Hamba dengan Hamba sendiri, yang menyangkut sifat dan keadaan.

Jika fikiran itu diarahkan kepada masalah-masalah yang berkaitan dengan manusia, maka yang terpenting ialah bertafakkur tentang sesuatu yang dapat diterima atau ditolak oleh Allah.


Kalau fikiran itu diarahkan ke hal-hal yang berkaitan dengan Allah tentu akan mengarah kepada Zat, Sifat dan Asmaul-Husnah-Nya atau kepada af'al (perbuatan-perbuatan), mulki (kerajaan) dan mahluk-Nya dari segala Alam.


Pembagian jalan fikiran itu dapat dijelaskan dengan perumpamaan: Ada seorang yang sedang berjalan menuju dan merindukan Allah. Hal itu sama dengan orang yang sedang dilanda cinta. Tak ubahnya bagaimana perasaan kita bila sedang dilanda cinta, tentunya yang dipikirkan hanya yang dicinta dan dirinya sendiri.

Di waktu memikirkan kekasih fikirannya hanya dibuai oleh kecantikan/ketampanannya, Sehingga dengan memikirkannya dia sudah merasa nikmat.

Entah apapun itu, mungkin fikirannya mengarah pada budi luhur yang menghiasi dirinya dan mungkin juga tentang sifat-sifatnya yang lain.
Hal semacam inilah yang semakin kuat tertanamnya perasaan cinta.


Andaikan Tafakkur itu menuju akan diri sendiri, maka pikirannya akan mengarah dan membawa intropeksi terhadap penyebab yang mungkin menimbulkan kekasihnya membenci.
Lantas dia jauhkan semua penyebab itu. Dan juga jikakalau fikirannya mengarah pada sesuatu yang memungkinkan bertambah dalamnya cinta kekasihnya, niscaya Dia semakin memelihara dan memperindah dirinya.



Andai dalam tafakkurnya itu keluar dari batasan ini, berarti Dia sudah keluar dari batasan cinta dan berarti melemahkannya, sebab arti cinta yang sempurna ialah menarik seluruh perhatian serta memenuhi lubuk hati yang paling dalam, sehingga tiada tempat lagi buat yang lain.


Yang demikian itu sama halnya orang yang cinta kepada Allah, pandangan dan fikirannya hanya berfokus kepada-Nya serta kekuasaan-Nya. Jika jalan tafakkur hamba itu berkisar pada hal-hal tersebut, maka itu sudah memenuhi syarat bagi orang yang sedang dilanda cinta.


Coba kita ikuti penjelasan dibawah ini:
Bagian pertama: Tentang tafakkur, sifat dan tindakan diri sendiri, apa yang relefan dan apa yang tidak relefan bagi orang yang sedang dilanda cinta.

Bagian pertama itu kita bagi ke dalam dua bagian:
1.Yang patut, yang diRidhai Allah.
2.Yang tidak patut, yang tidak diRidhai Allah.


Masing-masing kedua bagian itu terbagi ke dalam dua macam:
A.Yang tersurat, seperti ketaatan dan kemaksiatan.
B.Yang tersirat, seperti sifat-sifat yang membawa keselamatan dan kenistaan, hal ini terletak pada hati.

Ketaatan dan kemaksiatan itu terbagi lagi ke dalam dua bagian:
1. Yang berkaitan dengan organ tubuh yang tujuh.
2. Yang berkaitan dengan seluruh organ tubuh, seperti lari dari barisan perang, durhaka pada orang tua.


Untuk menghindari hal-hal yang tidak disukai itu, maka kita diwajibkan tafakkur pada tiga perkara:
I. Benarkah yang tidak disukai itu dibenci Allah atau disukai-Nya, masalah semacam ini memang terasa samar, sehingga memerlukan tafakkur yang seksama.


II. Jika ternyata masalah itu dibenci oleh Allah, maka bagaimana cara menghindarinya.


III. Kalau sekarang sudah tahu itu perbuatan yang dibenci oleh Allah, hendaklah ditinggalkan.
Kalau hal itu masih direncakan, haruslah digagalkan dan andaikan hal yang dibenci itu sudah terlanjur dilakukan, hendaklah bertaubat.


Seperti yang demikian itulah amal yang disukai Allah, yaitu terbagi ke dalam beberapa bagian. Apabila bagian-bagian itu dijumlah, maka jalan fikiran itu akan lebih dari seratus buah.


Kita terdorong untuk bertafakkur akan semua itu atau sebagian daripadanya.
Jika dibeberkan satu persatu, pasti akan panjang penjelasannya.
Cukup kita perpendek menjadi 4 Bagian saja, yaitu:
(Maksiat dan Ta'at) sifat-sifat yang mencelakankan dan sifat-sifat yang menyelamatkan.


PERTAMA: Tentang Maksiat.
Seharusnya setiap pagi kita memeriksa seluruh anggota tubuh, apakah dia melakukan maksiat...??
Jikalau demikian, hendaklah segera ditinggalkan atau jikalau sudah kemarin melakukannya hendaklah segera bertaubat. Atau mungkin masih merencanakan, hendaknya itu digagalkan.


Marilah lihat MULUT kita, lalu kita bertafakkur, mungkin dia menggunjing, berdusta, memuji dirisendiri, mengejek orang lain, bertengkar, berkata yang melampaui batas (lagha) dan banyak lagi cabang maksiat yang ditimbulkannya.


Mula-mula mesti dia yakin bahwa segala apa yang dikeluarkan itu dibenci oleh Allah. Hendaklah bertafakkur tentang ancaman Al-Quran dan Hadits yang melukiskan betapa kerasnya siksaan Allah gara-gara maksiat MULUT.
Dan Kalau dirisendiri mengajak melakukan hendaklah dipaksa untuk menghindari dan akhirnya insaf, bahwa yang untuk menghindari segala perbuatan maksiat yang ditimbulkan itu tidak ada, kecuali (Uzlah) atau berkawan dengan orang-orang shalih, yaitu orang yang berani memperingatkan andaikata mulut ini terpeleset pada hal-hal yang maksiat kepada Allah.



Bila tidak menemukan orang yang shalih, cobalah kita menaruh batu pada mulut sebagai peringatan, supaya berhati-hati dalam bertutur kata.


KEDUA: Tentang Ta'at.
Hendaknya manusia itu bertafakkur juga mengenai keta'atan yang difardhukan kepadanya. Bagaimana dia harus melakukan dan bagaimana kaifiyah menjalankannya, bagaimana dia menjaganya dari kekurangan dan keAlFaan.

Bagaimana pula jika ditambah dengan memperbanyak nawafil (Shalat-Shalat sunnah) atas fenomena yang semacam itu kembalikanlah semuanya kepada organ tubuh satu persatu, bertafakkur akan perbuatan-perbuatan apa yang patut dilakukan dan disukai oleh Allah Ta'ala. Umpamanya mata. Agar menta'ati pada pencipta Alam semesta ini dan melihat (membaca) ayat-ayat Al-quran dan sunah.



KETIGA: Tentang Sifat mencelakakan.
Sifat-sifat ini dapat diketahui secara terperinci melalui Al-Muhlikat (perusak hati). Adapun yang mencelakakan itu ialah, merajalelanya sifat syahwatiyah, marah, kikir, takabur, ujub, riya, dengki, buruk sangka, sombong. Lengkapnya bisa baca pada artikel: Apakah sifat-sifat yang mencelakakan dan menyelamatkan



KE EMPAT: Tentang sifat menyelamatkan.
Permulaan dari sifat yang menyelamatkan adalah Taubat,dan menyesali karena berbuat dosa, sabar dalam menerima musibah, bersyukur karna telah memperoleh Nikmat, Zuhud akan dunia, iklas, jujur, Ta'zim kepada Allah. Sekali lagi, lengkapnya baca di Artikel:
Apakah sifat-sifat yang mencelakakan dan menyelamatkan

Comments

Popular Posts