Mengapa, Untuk Apa Kita Shalawat Bagi Nabi Muhammad?

Mengapa dan untuk apa kita diperintahkan mengucapkan shalawat bagi Baginda Nabi Muhammad S.a.w. ?

Diantara karunia Allah yang diberikan kepada Nabi Muhammad S.a.w. adalah menggabungkan zikir kepada Allah dengan zikir kepada Nabi Muhammad S.a.w. di dalam dua kalimat syahadat; menjadikan ketaatan kepada Nabi sebagai ketaatan kepada Allah; kecintaan kepada Nabi sebagai kecintaan kepada Allah; juga mengaitkan pahala-pahala shalawat atas Nabi dengan pahala zikir kepada Allah.

Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 152: 
Artinya: “Karena itu ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Akupun akan mengingat kalian, dan bersyukurlah kepada-Ku serta janganlah kalian mengingkari nikmat-Ku.


Sementara di dalam salah satu Hadis Qudsi, Allah Aza wa Jalla berflrman: 
Jika hambaKu menyebut-Ku di dalam hatinya, Akupun akan mengingatnya di dalam diri-Ku. Jika mereka menyebutKu ditengah khalayak ramai, akupun akan menyebutnya di tengah khalayak yang lebih baik dari khalayaknya. Begitu juga yang dilakukan Allah dalam hak Nabi S.a.w., yaitu membalas satu shalawat seorang hamba dengan sepuluh shalawat, dan satu salam dengan sepuluh salam. 

Nabi Muhammad S.a.w. bersabda:”Barangsiapa yang bersyalawat atasku satu kali, Allah akan bershalawat atas mereka sepuluh kali” 

Shalawat atas Nabi S.a.w. itu bukan karena beliau membutuhkannya, bahkan shalawat dari para malaikatpun tidak dibutuhkannya, karena beliau telah mendapat shalawat dari Allah.

Sebagaimana disebutkan pada Surat Al-Ahzab ayat 56: Artinya:
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.

Shalawat dari Allah berarti memberi rahmat kepada Rasul-Nya. Shalawat dari para malaikat adalah sanjungan dan doa memohon ampunan bagi Nabi S.a.w. Perintah Allah kepada umatNya yang beriman agar mereka mengucapkan Shalawat untuk Nabi S.a.w. adalah untuk memberitahu mereka, betapa tingginya derajat Baginda Rasul disisi Allah. 


Dalam ayat itu tersirat suatu dalil yang sangat besar bahwa Nabi Muhammad S.a.w. adalah makhluk yang paling utama secara mutlak dan tempat curahan rahmat, sebab Baliau mendapat Shalawat yang khusus dari Allah dan dari para malaikatNya. Mengapa kita sebagai hamba Allah,kita sebagai umat Baginda Rasul tidak mau atau enggan mengucapkan Shalawat kepada Nabi S.a.w. 


Hikmat Shalawat yang diucapkan oleh para malaikat dan oleh orang-orang yang beriman itu adalah : 
Untuk memuliakan mereka dengan Shalawat itu; sebab mereka telah mengikuti apa yang telah diperintahkan dan dilakukan sendiri oleh Allah. 

Untuk menampakkan kebesaran Nabi S.a.w. 
Untuk membalas sebagian hak-hak Nabi atas makhlukNya, sebab Nabi S.a.w. adalah perantara yang terbesar dalam setiap nikmat yang sampai kepada kita.
Untuk menunjukkan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad S.a.w.


Rasulullah dilahirkan dalam keadaan yatim. Ayahnya,Abdullah bin Abdul Muthalib wafat semasa Rasulullah masih dalam kandungan ibunya. Keyatiman Rasulullah merupakan keberkahan dan rahmat, kefakirannya merupakan anugerah dan nikmat, dan didikannya serta adabnya berasal dari Allah SWT. Beliau bersabda :”Sungguh Tuhanku telah mendidikku dan membaguskan didikan-Nya terhadapku.” 


Demikianlah, Rasulullah ditakdirkan hadir di alam dunia ini dalam keadaan yatim. Tetapi Zat yang telah menentukan hal itu, mentakdirkan Beliau tidak merasakan pahitnya menjadi yatim pada usia yang masih kecil. Allah mendatangkan kakeknya, Abdul Muthalib untuk menempati kedudukan ayahnya. Lalu kakeknya ini merawat beliau dengan kecintannya dan kasih-sayangnya yang menggantikan kecintaan dan kasih-sayang ayahnya. Allah juga memberikan beliau tiga orang ibu yang pengasih. 


Pertama, ibu kandungnya, yaitu Aminah yang suci dan penyayang. Kedua ibu pengasuhnya yang baik dan penyayang, yaitu Barkah. Ketiga, ibu yang menyusukannya, yaitu Halimah as-Sa’diyah yang datang dari pedalaman, seorang yang penyayang pula. 


Ketika Rasulullah berusia enam tahun, ibunya wafat karena sakit ketika pulang dari Yatsrib untuk menziarahi makam ayahnya disana. Barkah, yang membawa anak yatim-piatu itu kembali bersamanya ke tempat kakeknya dalam keadaan sedih. Lalu kakeknya menumpahkan kecintaannya berkali-lipat dibanding Sebelumnya. Ia berusaha lebih dekat dan berusaha sungguhd-sungguh agar cucunya itu tidak merasa sebagai seorang yatim-piatu.


Rasulullah dilahirkan dalam keadaan yatim. Ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib wafat semasa Rasulullah masih dalam kandungan ibunya. Keyatiman Rasulullah merupakan keberkahan dan rahmat, kefakirannya merupakan anugerah dan nikmat, dan didikannya serta adabnya berasal dari Allah SWT. Beliau bersabda :”Sungguh Tuhanku telah mendidikku dan membaguskan didikan-Nya terhadapku.” 


Demikianlah, Rasulullah ditakdirkan hadir di alam dunia ini dalam keadaan yatim. Tetapi Zat yang telah menentukan hal itu, mentakdirkan Beliau tidak merasakan pahitnya menjadi yatim pada usia yang ,masih kecil. Allah mendatangkan kakeknya, Abdul Muthalib untuk menempati kedudukan ayahnya. Lalu kakeknya ini merawat beliau dengan kecintannya dan kasih~ sayangnya yang menggantikan kecintaan dan kasih-sayang ayahnya. Allah juga memberikan beliau tiga orang ibu yang pengasih. 


Pertama, ibu kandungnya, yaitu Aminah yang suci dan penyayang. Kedua ibu pengasuhnya yang baik dan penyayang, yaitu Barkah. Ketiga, ibu yang menyusukannya, yaitu Halimah as-Sa’diyah yang datang dari pedalaman, seorang yang penyayang pula. 

Ketika beliau mencapai usia delapan tahun, kakeknya mengalami sakit keras. Tatkala Abdul Muthalib merasa ajalnya telah dekat, ia memesankan beliau kepada anaknya, Abu Thalib, paman beliau. Setelah wafatnya Abdul Muthalib, maka Abu Thalib benar-benar menyayangi Muhammad Saw. Begitu pula isteri Abu Thalib, Fatimah binti Asad, bersikap baik dan sangat memperhatikan Muhammad Saw. 


Yang diketahui orang, Abu Thalib adalah seorang yang miskin dan banyak tanggungannya. Tetapi dengan keberadaan Muhammad Saw ditengah-tengah mereka, mereka merasa kenyang, bahkan makanannya masih berlebih. Rezekinya menjadi berkecukupan. Karena itu Abu Thalib berkata kepada kemenakannya itu,”Sungguh engkau adalah anak yang baik.” 


Keberkahan Muhammad Saw. Dirasakan pula oleh ibu yang menyusuinya, Halimah as-Sa’diyah. Dalam suatu riwayat Halimah mengatakan bahwa ketika ia mengambil bayi Muhammad Saw dan meletakkannya di pangkuannya, air susunya keluar sebanyak yang ia inginkan, bahkan anak Halimah pun bisa ikut meminumnya sampai puas. Lalu mereka berdua pun tidur. 


Unta yang dipelihara suaminya ternyata dapat menghasilkan susu yang berlimpah. Merekapun meminumnya sampai puas dan kenyang, sehingga dimalam hari mereka dapat tidur dengan enak. Halimah berkata’”Di pagi hari aku mengendarai keledai yang kurus itu dan membawa Muhammad. Demi Allah, ternyata aku dapat menempuh perjalanan yang tak dapat ditempuh oleh keledai mana pun yang kuat dan muda. Kemudian kami sampai di rumah-rumah kami di pedalaman Bani Sa’ad yang tandus'. 


Ternyata keadaan kampung kami telah menghijau dan kambing-kambing piaraan menjadi kenyang, dan kami dapat memerah susunya. 


Keberkahan-keberkahan Muhammad bin Abdullah mulai tumpah kepada kaumnya dan kepada semua manusia ketika beliau masih berupa janin di dalam kandungan perut ibunya. Diantaranya ketika Allah menggagalkan upaya Abrahah dan pasukannya menyerang Makkah dan Ka’bah yang suci. Abu Lahab memerdekakan budaknya,Tsuwaibah al-Aslamiyah ketika ia mendapat kabar gembira tentang kelahiran Muhammad, yaitu berakhirnya segala bentuk penghambaan manusia kepada sesama manusia. 


Muhammad adalah putra wanita berkulit putih yang diasuh oleh wanita berkulit hitam. Jadi beliau putra dari keduanya. Orang mengetahui bahwa Rasulullah mengatakan tentang Ummu Aiman,”Ini ibuku setelah ibuku.” Rasulullah berlaku baik terhadapnya, lemah lembut kepadanya, memberikan kepadanya segala yang menyenangkannya, dan menggembirakannya. 


Muhammad Saw adalah orang miskin yang kaya. Abdullah wafat dengan meninggalkan bagi puteranya seorang hamba sahaya yang menjadi ibu asuhnya, Barkah, serta lima ekor unta dan seekor kambing. Itu peninggalan yang membuatnya berada dalam barisan orang miskin sehingga beliau terpaksa bekerja dan mencari penghasilan dengan mengembalakan kambing di waktu kecil. Beliau mengembalakannya dengan mendapatkan beberapa dinar dari para pemiliknya yang beliau gunakan untuk makan bersama keluarga Abu Thalib, dan sebagian lagi beliau berikan kepada orang-orang miskin. 


Rasulullah tumbuh dengan diawasi, dijaga, dan dipelihara oleh Allah dari kerusakan-kerusakan jahiliyah karena Allah menginginkannya dan menyiapkannya untuk membawa risalahNya. 


Kemudian Allah mengkayakan beliau dengan anugerah-Nya, yaitu dengan membuatnya berangkat mengurus perniagaan Khadijah, wanita yang paling kaya di masanya dan paling tinggi kedudukannya. Allah memberikan keuntungan kepadanya yang berlipat ganda dibandingkan keuntungan yang diperoleh orang lain sebelumnya. Hal itu membuat Khadijah menjadi percaya kepadanya serta merasa tenang dengan sifat amanahnya dan kepandaiannya dalam mengatur masalah-masalah perdagangan.


Lalu Khadijah pun menikah dengannya. Ia serahkan seluruh hartanya kepada beliau untuk beliau atur sesukanya. Beliau membantu Khadijah dengan sifat amanahnya, kebijaksanaannya dan pengaturannya yang baik; sedangkan Khadijah membantu beliau dengan hartanya, kecintaannya dan keikhlasannya. Kemudian Allah memberikan kepada Khadijah dari beliau keturunan yang baik, sehingga beliau bertambah cinta dan ikhlas kepadanya. 


Allah mengurus Muhammad dengan membawa risalah Islam sehingga keberkahan beliau merata dan rahmat menjadi sempuma. Di tangan yatim yang diberkahi inilah dapat terealisasi keluamya manusia dari kelaliman dan kegelapan menuju cahaya kebenaran, keadilan dan kedamaian. 


Wahai utusan Allah dan kekasih-Nya. engkau telah tersiksa dan telah merasakan penderitaan yang sangat berat dari kaummu, tetapi engkau tetap sabar dan menahannya. Ketika Jibril as datang kepadamu dengan malaikat maut untuk melipat dua bukit yang keras untuk ditimpakan kepada mereka yang memusuhimu sebagai balasan atas apa-apa yang telah mereka lakukan, engkau memberikan maaf dan memakluminya serta mengatakan,”Ya Allah, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui”. Engkau menginginkan ada diantara keturunan mereka yang mengucapkan kalimat tauhid. Maka terj adilah apa yang engkau harapkan dan muncullah orang-orang seperti Ikrimah ibn Abu Jahal ra dan Abu Ubaidah. Keagungan apa ini? Itulah keagungan akhlak Muhammad dan didikan Tuhan; keagungan teladan yang paling utama untuk kesempurnaan manusia; keagungan orang yang dididik oleh Tuhannya dengan didikan yang sebaik-baiknya 


Wahai Rasul Allah, kekasih Allah, terimalah shalawat umatmu. Semoga Allah senantiasa melimpahkan shalawat kepadamu, wahai Nabi yang mulia, yang keyatimannya merupakan keberkahan dan rahmat, sedang kefakirannya merupakan anugerah dan nikmat. 


(Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala alihi wa sallim) Y a Allah, limpahkanlah Shalawat dan salam kepada Muhammad dan keluarganya)

Comments

Popular Posts