Kalimat ini sering digunakan,tapi secara gk langsung tidak Sopan sama Allah.

Seiring berkembangnya teknologi, berkembang pula cara-cara manusia dalam bersosialisasi. Banyak akun jejaring sosial yang dimanfaatkan mereka. Misalnya Facebook, untuk sekedar update mengabarkan kondisi dirinya terkini lewat status, upload foto, dan juga saling komentar di masing-masing status yang diupdate.


Tapi ironisnya, tidak sedikit penggunaan kalimat dalam status ataupun berkomentar terdengar kurang pas, entah ada pemakluman, entah tidak peduli, entah juga memang yang melihat kalimat tersebut sama-sama tidak memahami. Bisa jadi menganggap kalimat tersebut benar walaupun hakikatnya kurang cocok untuk dipakaikan. Seperti contoh di bawah, dengan nama akun facebook "Inisial H " memakai kalimat yang dilontarkan dalam berkomentar di status orang di akun facebook kurang cocok.
Sumber foto: screenshot-www.m.facebook.com

Tapi semua kembali kepada penilaian orang masing-masing, mungkin saja itu dianggap tidak masalah, mungkin sebagian ada yang menganggap kurang sopan. Betapa tidak, Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah dzat maha indah dan sempurna dalam semua nama dan sifat-Nya, yang karena keMaha-indahan dan keMaha-Sempurnaan inilah maka tidak ada seorang makhluk pun yang mampu membatasi pujian dan sanjungan yang pantas bagi kemuliaan-Nya.


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan hal ini dalam sebuah doa beliau yang terkenal: Aku tidak mampu menghitung/membatasi pujian/sanjungan terhadap-Mu, Engkau adalah sebagaimana (pujian dan sanjungan) yang Engkau peruntukkan bagi diri-Mu. (HR.Muslim no:486)


Dengan begitu, pantaskah kita memakai kalimat (BUTA/PICEK, BUDEK/TULI) untuk perumpamaan yang berkaitan dengan Tuhan. Apa tidak sebaiknya menggunakan "Allah Yang Maha Mengawasi " dan "Allah Yang Maha Melihat" atau " Allah Maha mendengar".


Sengaja tidak sengaja, tahu tidak tahu, yang jelas,perumpamaan tersebut hanya cocok ditujukan yang terkait antar manusia dengan manusia saja. Bukankah di sekolah juga sudah diajarkan Pendidikan Islam bab akhlaq atau sopan-satun dalam berkomunikasi/interaksi. Coba kita bayangkan, andai mendengar percakapan antar orang "kamukan tidak Picek/buta" atau "kamukan tidak budek/Tuli") pasti terkesan kasar.


Mari kita tanya dirisendiri, pantaskah keMahaan Allah disejajarkan dengan panca indera manusia. Semoga bisa diambil hikmahnya. Kalau setuju,silahkan sebarkan.
Kalau tidak setuju,saya minta petunjuknya.


Baca juga:Artikel lain

Comments

Popular Posts