Apakah Pijat Refleksi Bisa Kecanduan?

Tak sedikit orang beranggapan bahwa pijat atau urut itu bisa kecanduan.  Sebagai praktisi terapi kesehatan alternatif (khususnya terapi pijat refleksi) izinkan saya mengamati, menganalisis anggapan banyak orang.


Kecanduan adalah ketergantungan. Kemudian apakah benar, bahwa pijat itu dapat mengakibatkan ketergantungan atau kecanduan. Jawabnya akan banyak bergantung kepada penafsiran kita sendiri tentang "kecanduan".


Banyak metode pijat atau urut dan secara umum pijat terbukti dapat mengurangi rasa nyeri atau mengurangi ketegangan otot bahkan mengurangi stress dan keluhan lainnya.


Khususnya pijat refleksi, seperti yang diuraikan pada artikel pijat refleksi, sistem kerja refleksi adalah memperlancar sirkulasi darah pada seluruh syaraf dan organ manusia saja, tidak lebih. Namun demikian semua itu masih memerlukan banyak penjabaran mengenai kondisi seseorang terkait sirkulasi darahnya.


Maka tak heran, seseorang jika sedang menjalani terapi refleksi organ tertentu akan merasa sakit saat dipijat, atau sederhananya, kalau dipijat sakit, berarti ada yang sakit. Padahal pemahaman tersebut bisa saja benar, dan bisa juga salah.


Penjelasannya: Sedikitnya ada 2 poin.
A. Jika syaraf organ seseorang ada yang terganggu, sudah dipastikan ketika mendapat pijatan refleksi akan merasakan sakit.

B. Jika seseorang mendapat pijatan refleksi pada titik  syaraf tertentu merasakan sakit, belum tentu organ syaraf yang berhubungan juga dalam kondisi sakit.

Dalam disiplin ilmu pijat refleksi, titik syaraf organ manusia berada pada telapak kaki, seperti: jantung, liver, paru-paru, limpa, pankreas, lambung, mata, kuping, ginjal dan lain-lainnya.


Poin A adalah ketika organ jantung seseorang terganggu atau bermasalah, sudah pasti ia akan merasakan sakit pada titik syaraf kaki dibagian jantung ketika dipijat.

Poin B adalah seseorang yang jantungnya sehat, ketika mendapat pijatan pada titik syaraf kaki bagian jantung kenapa merasakan sakit juga. Ia sebenarnya merasakan sakit saat dipijat karena ada sebab-sebab lain, bisa jadi hanya kurang tidur, kurang olah raga, kurang istirahat, stres bahkan bisa juga kurang minum air putih, sehingga sirkulasi darah yang menuju jantung dalam kondisi tidak baik (tidak lancar).


Dengan terapi refleksi secara rutin, otomatis sirkulasi darah menuju syaraf organ cenderung terjaga, dan ia lebih cepat terdeksi jika ada keluhan sakit pada tubuhnya.


Lalu apa hubungannya dengan kecanduan pijat?,  Orang yang sering pijat refleksi, dia akan merasakan "menyadari" efek baik yang ditimbulkan, lalu dikemudian hari yang lain, dengan seabrek kegiatan aktivitas seseorang, "namanya manusia  tidak mungkin sehat abadi", karena sebelumnya dia sudah rutin pijat refleksi, tentunya arah fikirannya menuju pijat refleksi ketika timbul keluhan pada tubuhnya, yang demikian ini banyak orang artikan "kecanduan" pijat.


Kita tarik contoh: seseorang yang gemar membaca dia akan merasa efek manfaat membaca, sebab ia akan menyadari ternyata selama ini "saya tidak tahu" untung saja saya membaca, ia menyadari dengan membaca berefek semakin pandai dan berwawasan luas, kemudian dia akan membaca lagi, membaca lagi.


Beda dengan orang yang tidak pernah membaca, ia merasa "hanya begini ini, begitu itu" sebatas yang hanya Ia tahu saja, padahal masih banyak ilmu yang belum Ia ketahui. Orang seperti ini tidak akan merasakan efek apapun terkait "ketergantungan" membaca.


Jadi: Pijat itu tidak mengakibatkan kecanduan, perbedaannya ada antara orang yang menyadari efek baik dan orang yang tidak menyadari efek baik terkait pijat refleksi. Ironisnya imej istilah "kecanduan" selalu diartikan hal buruk.


Kalau begitu lebih baik tidak usah pijat sama sekali, biar tidak merasakan/menyadari efek yang ditimbulkan, Itu terserah masing-masing, karena tidak dipungkiri, banyak juga orang yang enggan memeriksakan rutin ke dokter, dengan alasan takut ketahuan sakitnya. Ia lebih memilih, " tahu-tahu divonis dokter sakit kronis" karena sudah terlambat, tidak diketahui lebih dini sakitnya.

Comments